Apakah Demokrasi Itu Ambigu dan Paradoks atau Pemahaman yang Kurang Akan Demokrasi?

    Banyak diantara kita tidak paham akan demokrasi dan ada juga yang paham akan demokrasi. Atau akankah ada yang merasa paling hebat mengetahui tentang demokrasi itu sendiri? Suatu paradoks serta ambigu dapat menjadikan karakteristik terhadap demokrasi. Mengapa tidak? Ketika dua kelompok masyarakat menyuarakan keinginan daerahnya yang berbeda, pemerintah mewujudkan salah satunya. Maka, yang lain akan menyatakan “pemerintah menentang demokrasi”. Hal dari itu juga membawa spekulasi rakyat tentang pemerintah atas demokrasi untuk memenuhi kebutuhan pribadi atau hal lain dibalik layar. Tiada yang tahu apa yang terjadi saat pemerintah akan memutuskannya.

    Dari beberapa kenyataan serta peristiwa yang terjadi, terbukti bahwa demokrasi dapat menjadi bara api yang akan menyebar apabila wujud demokrasi tersebut melemah dan rakyat meminta transparasi pemerintah atas kedaulatan. Saat-saat ini terjadi salah satunya adalah pemilu yang ditunda. Sebut-sebut 3 periode, rakyat melunjak geram akan keputusan pemerintah. Namun hal itu diredakan kembali atas keputusan-keputusan lainnya lagi seperti salah satunya harga minyak naik serta bahan pangan lainnya. Rakyat tidak akan menutup mata atas keputusan itu semua dengan dalih menyuarakan pendapatnya melalui penerus bangsa yang selalu maju di garda terdepan. Tidak dapat di hindari juga beberapa kelompok rakyat merasa bahwa 3 priode menjadi keputusan yang tepat karena hasil kerja keras sang pemimpin.

    Hal tersebut saja telah menjadi bentuk contoh bagaimana demokrasi saat ini terjadi. Demokrasi Indonesia begitu ambigu serta membuat banyak rakyat lain yang masih minim akan pemahaman demokrasi itu sendiri. Tidak dapat disalahkan juga tidak dapat dibenarkan. Demokrasi sebagai tatanan pemerintah atau sebagai nilai-nilai kebebasan menjadi pendapat yang berbeda yang hingga kini masih menjadi perdebatan. Atau bisakah kedua hal itu disatukan? Semua kembali bagaimana mereka menerapkannya. Pemahaman akan demokrasi juga penting untuk ditelaah kepada rakyat, baik wakil rakyat maupun rakyat itu sendiri. Dengan itu, demokrasi semakin abstrak dengan begitu banyak definisi maupun deskripsi dari rakyat.

    Kehidupan kita memang tidak jauh dari suatu politik, namun beda dunia jika mengenai politik kepemerintahan. Jebak atau terjebak, membanteng atau dibantengi, semua hal seolah-olah bersaing untuk menjadi figuran atau pahlawan baik untuk mewujudkan kejayaan Indonesia, akan tetapi kemanakah kesejahteraan tersebut? Demokrasi mana lagi yang akan menjadi acuan atas keinginan rakyat? Sebaik-baiknya demokrasi, kita sebagai rakyat tetap terus melakukan koresi hal-hal mengenai suatu penyuaraan. Seperti bagaimana dampaknya, apa faktornya, dan menjadi ap ajika itu terwujud. Tidak sembarangan untuk menyuarakan, juga tidak tinggal diam apabila sedikit kecurigaan muncul. Untuk itu juga, rakyat dapat bebas bersuara namun perlu pertimbangan serta koresi dalam berpendapat ataupun bersuara.

Penulis: Putri Cahyani Pernandes

Komentar

Postingan Populer